Jangan Ragu Untuk Menuntut Ilmu

Jumat, 25 Mei 2012

“KAMPUS DALAM KACAMATA KEBERSIHAN”

Oleh: Wa Ode Irawati U.

      Sebuah kampus pasti mempunyai cleaning service. Mengapa demikian? Karena struktur pelaksanaan kegiatan harian mahasiswa berbeda dengan pelaksanaan kegiatan harian pelajar di sekolah dasar maupun sekolah menengah.
      Pada sekolah dasar maupun sekolah menengah, para pelajar masih dibebankan dengan jadwal piket atau membersihkan kelas setiap harinya. Seluruh siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang. Dan kelompok-kelompok tersebut bertanggung jawab atas kebersihan kelas pada hari yang telah menjadi tugas mereka. Sehingga dalam menerima pelajaran, para siswa mendapatkan kenyamanan karena berada di lingkungan yang bersih.
      Namun, hal tersebut tidak berlaku pada pelaksanaan aktivitas harian para mahasiswa. Setiap harinya para mahasiswa hanya datang dan melaksanakan perkuliahan sebagaimana mestinya, tanpa memperdulikan kebersihan kebersihan ruangan perkuliahan mereka. Bahkan terkadang para mahasiswa membuang sampah dalam ruangan dengan prinsip “semau gue”. Hal ini dapat dilihat dari keadaan  kampus pada sore hari. Kulit premen, pembungkus makanan, aqua dan sedotannya serta kertas yang berhamburan memenuhi ruangan kelas.
      Dan tidak ada kepedulian dari mahasiswa Pada saat selesai perkuliahan, para mahasiswa dengan santai mengambil tas mereka dan melangkah keluar ruangan tanpa memperdulikan sampah-sampah yang bertebaran di seluruh ruangan. Padahal sesungguhnya , sampah-sampah tersebut menjerit dan memanggil mereka “ Woy……..ikuuuuttt!” . Tapi mereka menulikan telinga atas jeritan sampah-sampah tersebut.
      Cleaning servicelah yang mendengar teriakan dan jerit tangis para sampah tadi. Setiap pukul 05.00-05.30 para cleaning service berjalan sambil memegang sapu dan sendok sampah memasuki semua ruangan untuk mengambil sampah-sampah tersebut dan dibawa ke tempat kehormatan mereka yang oleh manusia disebut tong atau tempat sampah.
      Tentu tidak terpikir oleh mahasiswa tentang kebersihan ruangan. Karena keesokan harinya pada saat mahasiswa kembali datang ke kampus, pasti ruangan sudah bebas dari sampah. Dan yang berjasa dalam hal ini adalah para cleaning service.Sedangkan mahasiswa kembali dalam sikap cueknya, membuang sampah tidak ada tempatnya, dan lagi-lagi cleaning service yang membersihkan semua itu. Begitulah setiap harinya, para mahasiswa membuang dan para cleaning service yang memungut. Suatu budaya yang entah siapa dan kapan di mulai serta kapan berakhirnya.
       Andai saja para mahasiswa mendengar jerit tangis sampah-sampah yang mereka buang, mungkin budaya itu akan berakhir. Para mahasiswa bisa mengakhiri dengan meluangkan waktu mereka sedikit saja untuk membuang sampah pada tempatnya. Atau membawa serta sampah yang beratnya tidak lebih dari 1 ons tersebut untuk dibawa pulang dan di singgahkan pada tempat yang lazim untuk para sampah itu. Dan cleaning service tidak lagi merasa bangga atas jasanya menolong sampah-sampah tersebut. Karena mahasiswa pun ternyata masih memiliki sedikt hati nurani untuk menolong para sampah.
      Semua itu harus didasari oleh kesadaran dari para mahasiswa tentang kebersihan lingkungan yang menjadi tempat hidup mereka. Tak bisa dibayangkan, kalau seluruh lingkungan ini dipenuhi oleh sampah. Tentu kita tidak akan merasa tenang dan nyaman sebab kita selalu dibayangi oleh bau busuk juga pemandangan yang yang sama sekali tidak indah. Begitu pula jika situasi kampus dipenuhi oleh sampah disetiap sudut dan tempat. Tentu para mahasiswa merasa tidak nyaman  dalam melaksanakan perkuliahan. Dan bila mahasiswa tetap tidak perduli terhadap sampah-sampah tersebut , maka kembali lgi, yang menjadi pemeran utama atau dalam film india dikenal dengan istilah “jagoan” adalah cleaning service. So, kampus tanpa cleaning service…..apa bisa???????  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar